Wednesday, July 25, 2007

Penyebab Banjir

Rahman Dako
2 Jul 2006



1. Siklus musiman, 5 sampai 6 tahun sekali. Kalo melihat siklus banjir di laporan dari Pemda Provinsi Gorontalo, terlihat data yang ada di website tersebut hanya yang tahun 1970-an, 1997, 2000, 2001, 2006 (perlu dilihat lagi). Kalo melihat siklusnya, ini bukan 5 atau 6 tahunan, ttapi ada yang tak beres setelah tahun 1997. Sebagai orang yang lahir dan besar di Gorontalo, saya melihat ada banyak tempat yang jarang dan bahkan tidak pernah banjir sama sekali sejak saya kecil, sekarang hampir pasti banjir setiap 2 tahun sekali. Misalnya dibeberapa tempat seperti Pasar Bongomeme, Dulamayo, Heledulaa, Marisa, Dumbaya Bulan, pinogu, lombongo, dan beberapa tempat lagi. Jadi kalo bicara siklus, mungkin ini ada benarnya tetapi juga banyak yang belum tepat.

2. Banjir tahun 1970-an belum banyak dana yang dikeluarkan bendungan, tanggul, penghijauan, serta proyek-proyek perbaikan aliran sungai dan danau. Secara geography memang daerah Gorontalo terutama di muara sungai Bone dan Bolango, rawan banjir, tetapi itu diperparah oleh kondisi-kondisi hasil perbuatan manusia, terlebih merupakan akumulasi pemerintah mulai dari Orde Baru sampe Gubernur sekarang ini yang tidak memberikan perhatian yang serius terhadap masalah lingkungan.

Sayang sekali penyebab banjir versi BAPPEDA lebih menonjolkan akibat yang ditimbulkan, bukan akar masalah dari banjir itu sendiri. Menurut pendapat saya, yang perlu dibenahi adalah kemauan politik yang sungguh2 dari pemerintah untuk mengelola alam ini secara lebih bijaksana dan mensejahterakan kita, bukan menyengsarakan. Beberapa waktu lalu saya membaca Gorontalo Post yang memuat kesepakatan DPR dan Pemerintah untuk membangun jalan di kawasan Taman Nasional Dumoga Nani Wartabone (Aladi - Tulabolo).

Pada prinsipnya, banjir menurut saya bukan hanya karena faktor alam, tetapi juga lebih-lebih adalah faktor manusianya. Perlu adanya gerakan politik lingkungan karena memang menurut saya penanggulangna banjir seharusnya diselesaikan secara politik. Walikota boleh berbangga mendapatkan adipura, tetapi saya mengganggap dia gagal menata kota Gorontalo karena secara politis tidak berhasil mendesak Bupati Gorontalo dan Bone Bolango untuk menghijaukan DAS Limboto dan Bone Bolango. Malahan, sawmill-sawmill penampungan illegal logging di Provinsi Gorontalo lebih banyak berada di Kota Gorontalo.

Sekian dulu, mohon maaf kalo ada yang tidak berkenan,

No comments: