Monday, July 23, 2007

Sejarah Gorontalo, Mana Buktinya? (1)

Verianto Madjowa
15 Desember 2005


Sejarah diperlukan sebagai pembanding. Avicenna atau Ibnu Sina, sebagai dokter dan pemikir gemilang, belajar dari Yunani (khususnya Aristoteles juga Socrates). Saya sepakat bahwa sejarah di G orontalo (tentang raja-raja) ada banyak versi, yang disesuaikan dengan kepentingan keturunan.

Tahun 1993, ketika menulis untuk harian Republika, saya mengutip tentang Islam di Gorontalo masuk tahun 1525, melalui Raja Amay. Saat itu, tidak tebersit dalam pikiran saya untuk mengetahui di mana kuburan raja Amay atau peninggalan Islam yang bisa menguatkan bahwa Islam di Gorontalo itu masuk 1525.

Begitu juga dengan Popa dan Eyato. Eyato dibuang ke Ceylon, tapi apakah masih ada kuburannya di sana? Apakah ada keturunan Eyato yang beranak pinak di sana dan membuat perkampungan Hulontalo, seperti halnya Imam Bonjol, Diponegoro, dan Kyai Modjo?

Komunitas Jawa Tondano di lembah sekitar Danau Tondano menunjukkan dengan jelas ada pertalian yang kuat.

Saya membandingkan tulisan Alim Niode dan Elnino tentang Amay dengan Owutango. Sebelum anaknya naik tahta (1550), Amay dan Owutango cerai dan bertemu dengan Sultan Babullah. Kalau benar catatan itu, di dalam susunan pemimpin di Ternate tahun 1537 – 1570 yang menjadi pemimpin Ternate adalah Sultan Hairun. Babulah sebagai Sultan nanti tahun 1570-1584. Apa benar Babullah menyunting Owutango yang mungkin sudah berusia di atas 50 tahun?

Masih banyak yang perlu ditelusuri, yang tentunya bukan untuk kepentingan keturunan.

No comments: