Friday, August 10, 2007

Tanggung Jawab Sang Gubernur

Bonny AR. Moonti
26 Sept 06



Tidak lama lagi satu moment penting yang akan menentukan masa depan perjalanan Provinsi Gorontalo bergulir. Agenda Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Gorontalo adalah ajang pesta demokrasi untuk memilih leadership yang akan menakhodai biduk provinsi bungsu ini dalam lima tahun ke depan. Tentunya, masyarakat Gorontalo sangat menaruh harapan besar kepada pemimpin yang terpilih nanti untuk membawa mereka kepada alam kesejahteraan. Nah, kepada yang akan terpilih nanti, sepenggal bait nasihat Ali Bin Abi Thalib berikut ini patut dijadikan pedoman dalam melaksanakan amanah rakyat.

Tanggung Jawab Gubernur

Pada tahun 38 H, Ali Bin Abi Thalib mengangkat Malik bin Al-Harits Al-Asytar sebagai Gubernur Mesir. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pemerintahan, Ali menulis sebuah surat yang panjang (sebuah dokumen bersejarah yang dapat kita sebut sebagai Pedoman Administrasi Pemerintahan Islam). Para ahli sejarah menyimpan dokumen ini. Para ulama telah menulis banyak buku yang mengulas isi dokumen berharga ini. Walaupun Ali menulis suratnya ribuan tahun yang lampau, isinya masih sangat relevan untuk kita khususnya yang diberi amanah Allah untuk menjadi Gubernur/Bupati/Walikota.

Nasihat Ali kepada Malik Al-Asytar ini dikenang sepanjang sejarah sebagai pedoman Islam bagi gubernur (pejabat). Sebagian diantaranya adalah (Rakhmat, 111:1991) "Ketahuilah hai Malik, saya telah mengirimkan engkau ke suatu daerah yang telah memiliki pemerintahan sebelumnya, baik yang adil maupun yang zalim. Rakyat akan memperhatikan tindakanmu sebagaimana mereka telah memperhatikan tindakan para penguasa sebelum kamu. Rakyat akan mengkritik kamu seperti kamu juga mengkritik mereka. Sesungguhnya orang-orang baik di kenal dari keharuman namanya yang diedarkan lewat lidah mahluk-Nya.

Karena itu, perbendaharaan yang harus engkau kumpulkan adalah Amal Saleh. Kendalikanlah hawa nafsumu dan tahanlah hatimu dari berbuat sesuatu yang tidak boleh kamu lakukan. Biasakanlah hatimu menyayangi rakyatmu. Janganlah berdiri diatas mereka seperti binatang rakus yang ingin menerkam mereka. Ada dua jenis rakyatmu : satu saudaramu dalam agama dan satu lagi saudaramu sesama mahluk. Sewaktu-waktu mereka dapat berbuat salah, baik sengaja atau tidak sengaja. Ulurkanlah maafmu sebagaimana Allah mengulurkan ampunan kepadamu. Mereka berada dibawah kamu. Kamu berada dibawah iman kamu, dan Allah berada diatas dia yang menunjuk kamu".

"Janganlah menempatkan dirimu melawan Allah karena kamu tidak mempunyai kekuasaan dihadapan kekuasaan-Nya. Kamu tidak dapat berbuat tanpa kasih sayang-Nya. Jangan menyesal karena memaafkan. Jangan menaruh iba ketika menghukum. Jangan bertindak tergesa-gesa ketika kamu marah. Janganlah berkata "Saya telah diberi kekuasaan, karena itu saya harus dipatuhi ketika saya memerintah", karena hal itu menimbulkan kebingungan dalam hati melemahkan rasa beragama dan membawa orang kepada kehancuran. Jika kekuasaan menimbulkan rasa sombong pada dirimu, perhatikanlah kebesaran Allah diatas kamu.

Berbuatlah adil karena Allah, dengan berbuat adil kepada rakyatmu, walaupun itu bertentangan dengan kepentinganmu, kepentingan orang-orang yang dekat denganmu atau kepentingan orang-orang yang kamu sukai. Jika kamu tidak berbuat adil, maka kamu menjadi penindas. Bila kamu menindas, makhluk Allah, bukan saja makhluk-Nya tetapi Allah pun akan menjadi musuh kamu. Bila Allah menjadi musuh seseorang, dia akan menghancurkan hidupnya. Dia akan selalu berperang dengan Allah sampai dia bertobat. Tidak ada yang lebih cepat menghalangi karunia Allah dan mempercepat datangnya hukuman Allah selain melakukan penindasan, karena Allah mendengarkan do'a orang yang tertindas dan senantiasa siap menghukum para penindas".

Nasihat tersebut diatas memberi gambaran kepada kita bahwa tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin/gubernur yang amanah dan dicintai rakyat. Figur yang mampu mengemban amanah tersebut di era sekarang ini amat langka. Kebanyakan pemimpin yang lahir tidak seia-sekata antara apa yang diucapkan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, utamanya kebijakan menyangkut rakyat kecil. Padahal, amanah yang dipikulkan kepadanya sebagian besar diberikan oleh masyarakat grass root yang senantiasa menantikan sentuhan perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

Leadership dan Social Welfare

Pemimpin (Gubernur) dan kesejahteraan sosial adalah dua determinan yang saling terkait erat. Eksistensi seorang Gubernur adalah semata-mata dipilih rakyat dengan harapan mampu membimbing, mengarahkan dan membawa masyarakatnya kepada apa yang dinamakan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan. Tingginya angka kemiskinan, banyaknya pengangguran, rendahnya SDM, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, busung lapar, gizi buruk, dsb. adalah potret ketidakmampuan sang pemimpin dalam memberikan social protection bagi masyarakat. Seyogyanya seorang pemimpin mampu menerapkan kebijakan dan langkah-langkah efektif untuk memenuhi (to ful-fill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak sosial, ekonomi dan budaya warganya.

Komitmen Public Service

Jika ditanya, "siapa yang tidak ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini?" Jawabannya semua orang pasti menginginkannya, sebab menjadi seorang gubernur sungguh enak. Betapa tidak, dengan segala kemewahan fasilitas pemerintah yang diberikan oleh rakyat, sang gubernur tentu sangat sejahtera. Tetapi, apakah dengan bergelimang fasilitas tersebut, sempatkah ia memikirkan nasib sebagian besar rakyatnya yang masih hidup dalam belenggu kemiskinan?

Marilah kita mencontoh Bupati Jembrana di Bali yang mampu mengangkat tingkat kesejahteraan rakyatnya dengan komitmen tidak bermewah-mewah dulu sebelum melihat rakyatnya sejahtera. Beliau hanya dengan modal mobil Toyota Hardtop buatan tahun 70-an, melayani masyarakatnya dengan baik sampai pada tingkat grass root. Gorontalo, why not?

Perhatian terhadap Grass Root

Kita semua semua pasti sepakat bahwa masih tingginya angka kemiskinan di bumi Gorontalo ini bukan disebabkan oleh kemiskinan absolut, kemiskinan budaya (cultural poverty) seperti malas bekerja, senang tidur siang, ketergantungan pada keluarga mampu, mudah menyerah pada nasib, etos kerja kurang, dsb. tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural (structural poverty) yaitu "ketidakmampuan" pemerintah menciptakan sistem dan struktur sosial sehingga mampu menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.
Diibaratkan dengan analogi ikan dan kail, maka meskipun begitu banyak masyarakat miskin diberi ikan dan kail sekalipun (program-program bantuan), maka mereka tidak akan berdaya jika seandainya kolam dan sungai yang ada diseputar mereka telah dikuasai oleh elit atau kelompok kuat. Nah, disinilah peran gubernur untuk mampu menciptakan iklim kondusif bagi terciptanya lapangan kerja serta peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat agar memiliki power (empowerment).

Nasihat Ali Bin Abi Thalib berikut ini relevan dengan tema diatas : "Takutlah kepada Allah dalam mengurus orang-orang kecil yang memiliki peluang yang sedikit (Penyandang Masalah Sosial seperti fakir miskin, gelandangan, dll). Jagalah baik-baik kewajiban yang ditimpakan Allah untukmu dalam mengurus mereka. Usahakan sebagian dari dana negara diperuntukkan untuk mengangkat nasib mereka. Janganlah kemewahan menyebabkan kamu membuat jarak dengan mereka. Kamu tidak akan dimaafkan bila melalaikan hal-hal yang kecil, karena sedang memutuskan masalah-masalah besar. Janganlah melalaikan derita orang-orang kecil dan jangan kamu palingkan wajahmu dari mereka karena kesombongan. Urusilah kepentingan orang-orang yang tidak sanggup menemuimu karena penampilan mereka yang jelek dan karena orang menganggap mereka rendah. Tunjuklah para pejabat yang taqwa dan rendah hati untuk mengurus mereka. Peliharalah anak-anak yatim, orang-orang tua yang melarat dan tidak sanggup mencari nafkah. Tugas ini memang berat untuk para pejabat. Setiap kewajiban memang berat. Allah akan meringankan tugas ini bagi bagi mereka yang mencari kebahagiaan dihari akhirat. Bersabarlah dalam mengurus mereka dan bertawakallah kepada Allah. Tetapkanlah waktu untuk menerima pengaduan mereka. Berikan kepada mereka kebebasan untuk menyampaikan keluhan mereka kepadamu. Duduklah bersama mereka dan bersikaplah rendah hati demi mencapai ridha Allah yang menciptakan kamu. Pada saat seperti itu, jauhkanlah dari kamu para pengawalmu yang membuat orang takut untuk berbicara kepadamu karena aku mendengar Rasulullah berkata beberapa kali: Orang-orang yang tidak dapat menjaga hal orang lemah dalam menghadapi orang-orang kuat tanpa rasa takut, maka tidak akan pernah mencapai kesucian".

Komitmen

Jika ingin melihat seorang pemimpin visioner yang selalu berpihak kepada rakyat kecil dan selalu memikirkan nasib rakyat kecil, akan tercermin dari kebijakan-kebijakan dan program yang selalu berpihak kepada mereka. Komitmen tersebut dapat pula terlihat dari besaran anggaran yang diperuntukkan bagi kesejahteraan mereka. Kita bisa berkaca kepada visi lembaga bisnis seperti Nokia yang dengan jelas mengatakan "connecting poeple", atau maskapai penerbangan Lion Air yang dengan gagah berkata "We make the poeple fly". Nah, untuk Gubernur Gorontalo ke depan, harus mampu untuk membuat visi "Gorontalo Welfare 2010", dengan indikator tingkat pendapatan masyarakat meningkat, angka kemiskinan menurun, derajat kesehatan meningkat, dan peningkatan kualitas SDM masyarakat. Kalau Negara China mampu mengurangi jumlah penduduk miskin dari 42 % pada tahun 1981 menjadi 17 % pada tahun 2001, Gorontalo dengan Gubernur cerdas dan punya komitmen why not ?

Prestasi Gubernur

Benarkah asumsi sebagian kalangan yang menyatakan bahwa Gorontalo hari ini adalah gorontalo yang maju disebabkan didongkrak oleh eksistensi daerah yang berubah menjadi sebuah provinsi?, maju karena dinamika masyarakatnya tumbuh akibat adanya alat transportasi bentor yang mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat?, maju karena adanya migrasi penduduk dengan membawa modal besar ke daerah pertumbuhan baru?, maju karena tumbuhnya iklim investasi di sektor riil? Maju karena kucuran dana DAU/DAK yang besar dari pusat?, atau maju karena peran pemimpin dan birokrasinya dengan konsep briliannya (visi-misi-program) mampu meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat Gorontalo?

Jawabannya, belum ada penelitian yang membuktikannya. Namun yang jelas menurut pendapat masyarakat yang sempat berkomunikasi dengan penulis mengakui bahwa Gorontalo hari ini maju karena kehebatan kinerja dan profesionalisme sang pemimpinnya yang sukses dengan program-programnya sehingga mampu mengangkat citra Gorontalo di pentas nasional. Benarkah demikian?

Nah, seperti apakah sosok Gubernur pilihan rakyat Gorontalo ke depan? Yaitu pemimpin seperti yang dinasehatkan Ali Bin Abi Thalib yang selalu memikirkan rakyatnya, berpihak pada rakyat kecil dan terutama mampu mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat. Saya yakin dan mendo'akan: "Semoga sang Gubernur yang akan terpilih nanti adalah sosok pemimpin yang amanah, memiliki komitmen kuat untuk selalu berpihak pada masyarakat grass root dan mengabdi semata-mata untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Gorontalo. Sebab, harapan kita semua tidak lain adalah daerah ini dipimpin oleh sosok Gubernur yang mampu menjadikan bumi Gorontalo ini sebagai tempat yang paling nikmat dan menyenangkan untuk didiami. Semoga.

No comments: