Saturday, August 11, 2007

Gorontalo Serambi Medinah ?

Taufik Polapa
14 Sept 06

Pada dasarnya, kemampuan dasar sosial adalah segala bentuk watak yang dapat menjadi modal (potensi) bagi berlanjutnya interaksi antar sesama warga dari suatu komunitas atau antar warga dari satu kelompok sosial lainnya. Salah satu kemampuan sosial itu adalah kepercayaan. Modal kepercayaan dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi sangat penting, karena di dalamnya terkait interaksi yang membutuhkan kenyamanan dan keamanan bagi pihak melakukan investasi di suatu daerah.

Masyarakat Gorontalo, umumnya memiliki watak seperti itu, karena dibentuk oleh tradisi dan kesopanan kulturalnya. Watak masyarakat Gorontalo seperti tersebut di atas merupakan modal dasar dan sangat potensial dalam menumbuh kembangkan iklim perekonomian di daerah.

Dilihat dari segi adat masyarakat Gorontalo, adat memiliki makna dan persepsi tersendiri. Adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan " Adat Bersendi Sara", "SaraBersendi Kitabullah". Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan AI-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur. Dengan ungkapan di atas Gorontalo sangat pas jika disebut dengan Serambi Medinah.

Tapi masih di sayangkan masih ada saja kehidupan masyarakat Gorontalo yang belum sesuai dengan ungkapan tersebut, atau boleh dikatakan masih ada masyarakat Gtlo yang tidak tahu atau tidak mengerti dengan Ungkapan "Adat Bersendi Sara","Sara Bersendi Kitabullah" dan di tambah Lagi dengan"GORONTALO Serambi Medinah". Mungkin inilah tugas dariPara Pemimpin yang ada di Prop Gtlo di mulai dari Gubernur,Walikota, Bupati, Camat, Kades, RT, RW bahkan paraUlama serta Seluruh Komponen Masyarakat Gtlo yang tahu makna dari ungkapan tersebut utk dapat mengimplementasikan kepada Seluruh Rakyat Gtlo mengenai Ke-2 ungkapan tersebut di atas.

Dan selama ini yang di rasakan Ungkapan tersebut umumnya hanya dikenal lebih dekat bagi para Generasi TUA (seperti pemangku adat yang tetap teguh pada ungkapan tersebut) yang ada di GTLO sedangkan Generasi MUDA saat ini ungkapan tersebut hanya merupakan Retorika danUngkapan Biasa saja. Walaupun Adapula Generasi Mudayang mengerti dan memahami serta menjalankan Ungkapan tersebut tp Jumlahnya tidak Banyak masih bs di hitung dengan jari.

Karena tidak di mengertinya Ungkapan ke-2 tersebut diatas maka Dominan sekali para Generasi Muda Gtlo yang terjerumus dengan Pergaulan Bebas (American Style' kata orang) padahal di pundak Generasi Muda GTLO lahmenjadi harapan Masyarakat Gtlo agar ke depan GTLObisa tetap berpatokan pada"Adat Bersendi Sara", "Sara Bersendi Kitabullah" dan"GORONTALO Serambi Medinah". Tapi melihat perkembangan saat ini ungkapan tersebut sangat mustahil bisa terwujud dan di khawatirkan di tahun 2020 ungkapan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan di ganti dengan Ungkapan yang lebih MODERN lagi Ala AnakMUDA...... hehehe....

Berikut ada falsafah Hidup masyarakat Hulondalo yangsaya kutip dari Kata Pemuka Adat Gtlo :“Batanga Pomaya, Nyawa Podungalo, Harata Potom Bulu”, artinya jasad ini kita persembahkan untuk mengabdi/membela tanah air, setia sampai akhir, harta digunakan untuk kemaslahatan masyarakat banyak.“Lo Iya Lo Ta Uwa, Ta Uwa Loloiya, Boodila Polucia HiLawo”, artinya pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang. Apakah masih Relevan Gorontalo di sebut Serambi Mediah?Hanya Waktu yang bisa menjawabnya.

No comments: