Showing posts with label budaya. Show all posts
Showing posts with label budaya. Show all posts

Saturday, August 11, 2007

Merajut Takdir Kekinian

Ani Sekarningsih
24 Nov 06


Sangat singkat WAKTU dalam akal manusia, tatkala langkahku menapaki tepian danau Limboto, sore 19 Nopember 2006. Begitu indahnya kupaku lanskap seputar Hutadaa dalam kameraku. Namun ketika aku kembali berada di tengah kumpulan manusia aku tak melihat lagi indahnya akan manusia-manusia di manapun aku menengokkan kepala.

Tidak.

Bagaikan dengung tawon banyak orang mengajukan tanya:"Bagaimanakah bentuk negara kita kelak, Bu?" Nanar aku melihat ke dalam mata si penanya. Lalu kupalingkan mataku pada langit biru kelam dimana awan gemawan menari terbang leluasa dengan damainya. Pertanyaan itu menusukkan sembilu yang pedih. Membayangkan takdir cucuku.

Tuhan telah menyusun rangkaian takdir yang apik bagi alam semesta ini. Planet-planet bergulir menurut sistem yang tertib, matahari masih terbit di Timur dan lenggelam di Barat. Musim masih bergulir sesuai waktunya. Bumi yang kita pijak masih bisa ditanami padi, dan gerumbulan ternak masih bisa merumput, serta segala jenis tetumbuhan masih bisa tumbuh subur. Airpun mengalir menghidupkan mahluk-mahluk laut, sungai dan danau. Bumi ini masih menyimpan kekayaan lain: minyak, mas, berlian, gas, uranium. Maka takdir-takdir yang telah disiapkan Tuhan adalah jelas merupakan perbekalan anak manusia untuk menyusun takdir masa depan bagi dirinya.

Fisik manusia dan tingkah [olanya adalah takdir bagi planet bumi.

"Mau lihat masa depan planet atau bangsa ini kelak? Cermati kondisi perkembangan budaya manusia hari ini. Maka itulah masa depan bangsa ini. Semakin AMBURADUL. Mengapa? Karena hampir semua orang tak tahu merajut takdirnya dengan budi luhung. Budaya kita hidup selalu dalam mimpi masa silam. Mari kita tengok keluhan orang banyak. Semasa pemerintahan Bung Karno orang banyak mengeluh: "Alangkah enaknya hidup dizaman "normal" (maksudnya zaman penjajahan Belanda). Kemudian saat Suharto memerintah, orangpun memakinya: "Enakan ketika zaman pemerintahan Sukarno" Lalu kini kita berada pada zaman SBY, orang pun masih berkeluh kesah: “Wahai, ternyata enakan dizaman Suharto ya, daripada zaman SBY."jawabku kering.

Si penanya tercenung.

"Kawan, kita lupa zaman silam hanyalah kenangan yang tak pernah akan kita singgahi kembali. Masa depan adalah tujuan langkah kita bersama. Tetapi budaya yang tertanam tak membiasakan kita untuk hidup dalam masa kini, detik dan jam saat ini. Kita tak terbiasa merencanakan pola takdir masa depan diri sendiri pada saat ini, apalagi masa depan kelompok yang nota bene adalah masa depan takdir bangsa dan negara ini."

Kuambil kameraku, dan aku merasa lebih tentram merekam keindahan takdir-takdir yang telah diciptakanNya dalam rekaman gambar-gambar saat ini....

Jangan Tinggalkan Budaya Sendiri

Ani Sekarningsih
17 Nov 06


Berapa penduduk Gorontalo? Benarkah 800.000 orangkah? Sejauh apakah orang-orang Gorontalo memahami kebudayaanranahnya sendiri? Sejauh apakah negara-negara mancanegara terjaring menjadi wisatawan ke Gorontalo?

Aku ingin cerita aja, nih.
Pada Media Indonesia 12 Nopember yang baru saja berlalu aku menuliskan tentang hebatnya Asmat yang kini diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai SITUS WARISAN BUDAYA, padahal penduduk Asmat hanya 60.000 orang saja. Karena apa?

Karena perjuangan yang tak kenal lelah dari seorang putera Asmat bernama Yufen Biakai, yang sekarang menjabat Bupati Asmat.

Semasa Yufen masih menjabat Ketua Lembaga Masyarakat Adat Asmat, beliau selalu memikirkan pembangunan manusia Asmat yang harus utuh berdiri tegak dan kokoh di atas landasan budaya Asmat yang mereka warisi. Menurutnya, selama seseorang berdiri kokoh dengan budaya yang membesarkannya maka seseorang itu tak tergoncangkan gegar budaya, melainkan ia lebih mengenali jati dirinya dengan sesungguhnya. Itu sebabnya rasa percaya diri orang Asmat sangat tinggi adanya.

Yufen tidak sekedar berbicara, dan mengajari. Tetapi ia buktikan kekuatan dirinya demi untuk memotivasi segenap orang Asmat. Bila saat ini kita mengenali Yufentius Biakai sebagai Bupati Asmat, dapat dipastikan hanya sedikit orang yang mengenali nama Yufentius Biakai yang telah menjadi milik dunia karena tulisan-tulisannya yang memperkenalkan budaya Asmat dalam dua buku unggulan yang dibanggakan. “ASMAT, Myth and Ritual The Inspiration of Art” dan “ASMAT, Mencerap Kehidupan dalam seni” yang juga diterjemahkan dalam bahasa Jerman dan Inggris dan diterbitkan oleh B. Kühlen Verlag GmbH Jerman. Kedua buku unggulan tersebut merupakan data-data anthropologi Asmat termasuk di dalamnya uraian filsafat tentang patung-patung tradisional.

Adakah para bupati lain di Republik Indonesia ini mampu menuliskan adat budaya setempat dalam bahasa Inggris yang sempurna sebagaimana yang telah dibikin seorang putera Asmat?

Perlu diketahui keberadaan budaya Asmat menjadi bagian dari milik dunia. Anda akan temukan seni ukir Asmat yang anggun-anggun di musium-musium bergengsi di Metropolitan Museum New York, Tropen Museum di Amsterdam, Volkerkunde Museum di Roterdam, Völkerkundemuseum di Berlin, dan koleksi terlengkap milik Dr Gunther Konrad dan istrinya Ursula di Mönchengladbach di Jerman. Dunia tidak mengenal keberadaan Papua, tetapi dunia lebih mengenali Asmat.

Pesta Budaya Asmat ke-23 yang baru saja berakhir pada tanggal 11 Oktober 2006, dan sempat kuhadiri, cukup membanggakan. Dihadiri banyak orang asing. Satu bukti lagi Asmat telah membuktikan diri, bahwa tatkala Amarika mengumumkan para turis tak boleh memasuki Indonesia, apalagi Papua, justru Yufen membuktikan bahwa orang Asmat hangat menyambut mereka dan menjamin keamanan para turis asing tersebut.

Sedikit tambahan lagi. Selama pesta budaya berlangsung seorang wisatawan Jerman bernama Dr Gunter Konrad , seorang urolog, melangsungkan pembedahan-pembedahan pada pasien-pasien orang Asmat SECARA GRATIS. Adakah dokter-dokter ahli di antara kita terketuk hatinya untuk berbuat amal seperti dokter Jerman itu?

Bagaimana halnya dengan Gorontalo?

Padahal Gorontalo memiliki pantai indah. Gorontalo memiliki benteng-benteng yang dapat dijadikan objek wisata. Gorontalo mempunyai seni kerawang kait, yang saingannya hanya sebuah desa nelayan Portofino di Itali. Gorontalo banyak menyimpan adat budaya ASLI GORONTAL. Tetapi adakah kapal-kapal pesiar orang asing berminat datang singgah? Adakah yang menuliskan dan berpikir mengisi artefak=artefak Asmat di musium-musium bergengsi di dunia? Sebagaimana Asmat lakukan?

Wahai Anak Muda Gorontalo yang cerdas-cerdas, di tangan Anda semua budaya Gorontalo menantikan uluran tangan kalian untuk mendokumentasikan kekayaan BUDAYA GORONTALO tersebut, dan mengisi semua museum di dunia.

Kita tidak lagi hanya berpikir dalam kotak-kotak kecil, tetapi kita harus berpikir bahwa kita adalah WARGA PLANET BUMI yang bertanggung jawab memelihara planet ini dengan budaya yang memang kita akrabi. Dengan budaya sendiri justru kita mampu memahami bahasa alam semsta.

Kawan, ada contoh besar lewat depan mata melalui media cetak maupun media kaca. Yakni peristiwa LAPINDO. Mengapa alam meradang merontak?
30 atau 50 tahun lalu, kita masih melihat orang menghormat padi yang akan dipotong dan para PEREMPUAN SAJA yang memotong padi dan dengan dengan ani-ani pula. Bagaimana sekarang? Begitu padi menguning orang main babat dan kasar dan para lelaki ikut membabatnya, tanpa permisi MINTA KEIKHLASAN padi sebagai mahluk, apalagi menghormati tanah yang subur dan begitu ramah menghidupkan semua tetumbuhan buat keperluan manusia. Tanah pun adalah mahluk. Tandai, bagaimana alam tidak akan semakin murka? Sekarang bangsa Indonesia sampai harus mengimpor padi dari Vietnam, bahkan Amerika Serikat.

Mungkin Anda sedang mencibir pikiranku ini. Tnamun saatnya kita semua perlu bermawas diri, perlu HENING. karena para teknolog rupanya sudah semakin tuli, semakin rabun matanya untuk memahami bahasa alam. Hatinya juga menjadi tumpul untuk memahami kearifan-kearifan budaya yang dilahirkan leluhur kita.

Dengan contoh Yufen di atas aku ingin mengatakan, sebagai manusia berpikir, hendaknya kita berbuat yang produktif berlandaskan kekuatan budaya jati diri kita.

Kritik Terhadap Koran Gorontalo

Asriyati Nadjamuddin
11 Nov 06

Fungsi koran menurut pandangan sempit saya:
1. Menyambung aspirasi masyarakat
2. Mencerdaskan masyarakat, bukan membohonginya
3. Memberikan informasi akurat, tajam, terpercaya (saya lupa inimotto koran apa, tapi ini yang selalu teringat)

Untuk skala Gorontalo; Koran2nya lumayan sudah menyambung aspirasi masyarakat, tapi talalu sadiki skaali. Mencerdaskan masyarakat dan Memberikan Informasi akurat, tajam, terpercaya, kayaknya masyarakat Gorontalo terbantu dengan keberadaan Koran. Karena minimal, mereka bisa tahu apa yang dilakukan oleheksekutif, legislatif atau para elit2 politik.

Karena yang bikin koran juga manusia, pasti ada salahnya. Setahun yang lalu, dalam diskusi di Kampus UNG, saya pernah `ngeluh` sama Pak Sirham tentang, vulgarx fhoto2 artis dalam rubrik entertain. ALhamdulillah, saya merasa ditanggapi krn skarag di HG rubrikentertain memuat fhoto artisx lebih sopan dr sbelumx. Disisi lain, HG pernah memuat fhoto korban ibu Fauziah Naue terlalu vulgar dan jelas (berdarah-darah). Saya memahami, mungkin wartawaningin menyampaikan dengan detil kondisi korban, namun saya merasa itu kurang pas.

Pernah saya konfirmasi sama seorang wartawan kataxkrn terburu-buru alias deadline, aspek itu tidak diperhatikan lagi. Terkadang saya lihat, Koran memuat berita sepihak, tidak dikros cekpada pihak lainnya pada saat itu. nanti besokx ada berita hasil kroscek. saya hanya mengingatkan; yang baca koran hari pertama belum tentu baca koran pada hari selanjutx. Nah disini kemungkinan terjadi mis-informasi.

Kecuali memang; yang bersangkutan tdk dimampui wartawan utk kros cek (misal:tdk ba angkat telpon, tdk ada dirumah,dst). Saya kira hal ini; harus dicermati bersama. Saya pikir, sangat positif bila koran terus membenahi diri. Karena secara sempit saya melihat; Antara masyarakat dan Koran ada hubungan timbal balik. Sering Koran mengikuti permintaan `pasar` masyarakat yang kadang nyeleneh atau masyarakat ikut apa yang lagi tren di Koran. Sehingga Koran harus lebih kerja keras lagi.

Sebagai pencerdasan, saya berharap Koran2 ternama seperti TRIBUN maupun HG dapat memberikan ruang yang luas bagi setiap level masyarakat untuk bisa menuangkan pikiranx melalui tulisan. Karena secara umum saya melihat, minat menulis di Gorontalo masih kurang, walaupun banyak yang suka baca, biar cuman baca koran. Dulu HG punya rubrik khusus anak sekolahan, kalau bisa diangkat lagi rubrik itu, biar anak remaja Gorontalo termotivasi untuk nulis (bukan sajaberita, tapi artikel, cerpen dst). Hitung2 menyelamatkan generasi,yang skarang umumnya menghabiskan waktux dengan hura2. Selain itu, kalau bisa beberapa wartawan belum berpengalaman, sebaikx dikontrak magang aja di daerah lain dimana ada JAWAPOST GRUP. Biar ada spirit baru. Segitu aja, semoga bermanfaat bagi media kita.

Tentang Prostitusi Remaja Gorontalo

Arifin Suaib
5 Nov 06


Menyedihkan memang, apalagi kalau kita membayangkan (seandainya) mereka itu adalah anak kita, ponakan kita, adik kita, teman kita (bisa dapat diskon dong...! :) ), atau paling tidak orang yang kita kenal, kita akan lebih tidak nyaman lagi. Maka hikmah terpenting dibahasnya topik ini adalah kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah penyakit sosial ini agar jangan sampai terjadi pada keluarga kita (Na'udzubillah). Karena menurut saya penyebab utama adalah faktor kurangnya kontrol orang tua (setuju dengan Asriyati NN).

Praktek komersialisasi birahi yang dilakukan oleh perempuan usia belasan (PUB) sebenarnya memiliki motif serta melalui proses yang sama dengan perempuan dewasa. Yang berbeda hanya tingkat kemungkinan intervensi pihak lain terhadap pilihan mereka dalam bersikap, perempuan dewasa lebih berani dan bebas sedangkan PUB dapat dikendalikan orang tua. Umumnya perempuan yang akhirnya terjun ke dunia komersialisasi birahi tersebut melalui tahapan sbb :

Pertama, Pengenalan :Ketika seorang mengalami perkembangan biologis maka dia akan berusaha mengenal seks. Dorongan ini membuat dia mendekati faktor pemicu seperti :
a) Pornografi (dampak teknologi), dapat terjadi bila orang tua tidak mengontrol surfing internet, tontonan dan bacaan anak.
b) Salah bergaul, dapat terjadi bila orang tua tidak mengontrol frekuensi anak keluar rumah termasuk dalam memilih teman bergaulnya.

Ini problem besar bagi orang tua yang anaknya harus tinggal diasrama/kost. (Terkecuali bila asramanya dikelola secara khusus, misalnya punya mushollah yang aktif sholat 5 waktu, memiliki ustadz/imamnya sendiri, yang melakukan pembinaan akhlak kepada anak-anak kost, latihan kultum, pengajian rutin, dll. )

Kedua, Coba-coba.

a) Pacaran. Anak-anak putri biasanya lebih cepat mengalami masa pacaran dari pada putra. Ini terjadi karena secara psikologis anak-anak yang sedang mengalami puber ingin segera mendapatkan pengakuan sebagai orang dewasa, maka dia akan bangga bila dipacari oleh orang yang lebih dewasa daripada dia. Sebaliknya laki-laki (yang lebih matang) akan sangat bangga bila pacarnya PUB. Inilah alasan mengapa banyak PUB yang pacaran dengan laki-laki dewasa (bahkan laki-laki beristri). Bisa dibayangkan bagaimana proses pendewasaan yang prematur itu terjadi pada sang PUB ketika menjadi pacar laki-laki yang sudah ahli dalam menaklukkan perempuan, sementara PUB itu sendiri memang sedang ingin bereksperimen dengan pengalaman-pengalaman barunya.

b) Brokenheart. Problematika pacaran dan problematika rumah tangga akan mendukung proses coba-coba ini.

Ketiga, Terbiasa.

a) Keterlanjuran. Apabila hal tersebut terjadi lebih sering dan tanpa kontrol orang tua maka akan berkembang menjadi kebiasaan, selanjutnya tinggal menunggu 'kecelaklaan'.

b) Gonta-ganti pacar.

Keempat, Komersialisasi.

a) Memanfaatkan kebiasaan. Karena sudah terbiasa dan bisa menghasilkan uang,"Why not?"

b) Dukungan gengsi. Desakan kebutuhan untuk bergaya hidup mewah. Pada tahap ini baru motif finansial akan dominan.

Untuk mengurangi merebaknya penyakit sosial ini menurut saya adalah meningkatkan peran orang tua dalam mengontrol, merancang program perbaikan moral dan mengarahkan anak-anaknya untuk membiasakan diri dengan kegiatan keagamaan : pengajian, mentoring, harokah remaja dll.

Berpikir beda dengan Bung Nino, saya yakin bahwa treatment lebih utama yang bisa dilakukan adalah mengurangi/menghilangkan supplier (PUB itu). Memang supply dan demand biasanya terjadi secara simultan, tetapi bila demand (permintaan) tinggi dan supply (penawaran) terbatas atau tidak ada, maka konsumen terpaksa akan mencari substitusi (barangpengganti : poligami) atau tidak mengkonsumsi sama sekali (setia dengan istri).

Tetapi bila penawaran ada dalam keadaan permintaan awal rendah pun, maka konsumen pada akhirnya akan bertambah juga sebagai akibat adanya ekspansi pasar (orang yang ba coba-coba). Saya berkeyakinan bahwa motif ekonomi baru terjadi setelah mencapai tahap yang lebih tinggi, sedangkan pada tahap awal yang bekerja adalah motif biologis dan motif sosial.

Wajah Perempuan Kita

Ani Sekarningsih
2 Nov 06


MENGERIKAN. Padahal perempuan adalah IBU BANGSA. Bagaimana anak-anak yang terlahir di masa mendatang? Lalu sejauh apa usaha pendidikan orangtua dan agama yang selalu menggaungkan surga-neraka meluruskan ini semua? Ingin aku cerita masalah di Aceh, oom-oom dan tante-tante. Kurang bagaimana polisi syareat di Aceh galaknya? Orang baik-baik saja pun artinya yang jelas suami-istri sering dituduh pelacur. Mobil-mobil adakalanya distop, lalu penumpang perempuan dilihat cara berpakaiannya.

Namun apakah selesai urusan moral di ACEH? Malah tambah mengerikan! Gadis-gadis berjilbab semakin binal, menjajakan dirinya dengan mudah. Banyak yang hamil, tanpa menikah Bayangin!Pendidikan chanel tivi semestinya menjadi kepedulian departemen pendidikan nasional. Karena acara-acara sinetron TIDAK MENDIDIK anak bangsa untuk menjadi manusia produktif dan membangun cita-cita mulia.

Contohlagi. Para dokter muda yang baru lulus, boro-boro senang dikirimkan sebagai dokter PTT ke tempat-tempat terpencil untuk mengabdi. Atau sekalinya mau dikirim ke Aceh, karena berhitung: enak euy Cuma 6 bulan di Aceh. Lalu mereka kembali ke Jakarta dan bisa meneruskan sekolah sebagai dokter ahli. Ketika sdh jadi dokter ahli, boro-boro mau balik ke tempat terpencil yang gak ada mall, mobil BMW dan rumah semegah rumah-rumah di Pondok Indah. Para dokter ahli lebih suka praktek di kota besar untuk mudah menggebuk duitnya pasien yang merana dan putus asa, kan?

Terimalah kenyataan. Cita-cita anak-anak muda sekarang pada intinya kan bagaimana memperoleh bawang-barang mewah dan bergengsi, makanan enak dan unik dan juga bergengsi, naik mobil bermerk yang juga menetapkan gengsi. Karena hal itu yang sedang ditawarkan di kota-kota besar Indonesia. Pendidikan moral, pendidikan sekolah, khotbah-khotbah kiai/ustadz tidak memberikan motivasi anak-anak kita untuk menjadi manusia produktif. Dari 200 juta anak bangsa ini, para ilmuwan dan ekonom Indonesia hanya bisa dihitung dengan jari dibanding mereka yang hidup membuang-buang waktu di mall-mall.

Anak-anak muda seleranya saat ini TIDAK MAU KERJA KERAS, tetapi lebih membesarkan hidup bergengsi, sebagaimana dicontohkan orang tua mereka sendiri. Sudah saatnya ditemukan suatu strategi tepat-guna para pendidik menemukan resep tepat guna agar manusia Indonesia harus menjadi manusia yang produktif, serta mensejahterakan banyak orang, menjaga keharmonisan sesama mahluk hidup menjaga keindahan alamiah segala sesuatu. Betapa perlunya menjadi MANUSIA YANG BERPIKIR dan MENINGKATKAN KESADARANLUHUR bukan jadi manusia yang membebek dengan budaya orang luar.

Kiranya membangun moral diri bukan lagi dengan membuat organisasi baru seperti polisi syareat, atau berkoar-koar bahasa slogan dengan dogma-dogma kaku, tetapi saatnya para kiai, orangtua, guru harus menjadikan dirinya CONTOH konkrit sebagai idola kawula muda dan lingkungannya. Menentukan sikap hidup dengan mendekati sifat-sifat Tuhan yang 99 itu ( dan BUKAN SEKEDAR CUMA DIZIKIRIN JUTA-JUTA KALI tapi moral tetap memalukan). Para kiai hendaknya mengubah cara berdakwah... bukan lagi menyajikan menu yang cuma nakut-nakuti massa jemaah dengan urusan surga-neraka yang entah di mana alamatnya. BASI-lah itu.

Ini zamannya dibutuhkan para kiai/guru/orangtua yang cerdas dan bijak dengan menguasai perkembangan ilmu mutakhir, yang mengerti perkembangan teknologi mutakhir. Dibutuhkan kiai yang NGETREND DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN yang memberikan inovasi dan motivasi membangun mental luhur bukan kiai yang cuma berpatokan pada BUKU KUNING belaka dan lantang mendakwahkan surga-neraka 'mulu' (katabetawi: melulu). Kalau saja ada orang mati bangkit dan hidup lagi serta memberikan pembuktian adanya surga-neraka, dakwah dengan resep surga-neraka pasti jadi makanan favorit, ditanggung laris manis tanjung kimpul.

Kalau bapak-bapak PEJABAT REPUBLIK INDONESIA,PARA SUDAGAR YANG BERPECI/ BERSORBAN dan PARA KIAI BERGAMIS MEMBERIKAN TETAP CONTOH BURUK dengan telak depan mata dan menjadi objek berita tivi MEREBUT ISTRI ORANG DAN MENGUBER PERAWAN-PERAWAN CANTIK. Ya...... good bye-lah MORAL LUHUR... Bahwa perempuan Indonesia, yang calon IBU BANGSA, hanya mampu menghargakan dirinya sebagai pelacur, sebagai TKW yaaaaa.... bisa kita bayangkan wajah Indonesia 50 tahun ke depan...

Gorontalo Serambi Medinah ?

Taufik Polapa
14 Sept 06

Pada dasarnya, kemampuan dasar sosial adalah segala bentuk watak yang dapat menjadi modal (potensi) bagi berlanjutnya interaksi antar sesama warga dari suatu komunitas atau antar warga dari satu kelompok sosial lainnya. Salah satu kemampuan sosial itu adalah kepercayaan. Modal kepercayaan dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi sangat penting, karena di dalamnya terkait interaksi yang membutuhkan kenyamanan dan keamanan bagi pihak melakukan investasi di suatu daerah.

Masyarakat Gorontalo, umumnya memiliki watak seperti itu, karena dibentuk oleh tradisi dan kesopanan kulturalnya. Watak masyarakat Gorontalo seperti tersebut di atas merupakan modal dasar dan sangat potensial dalam menumbuh kembangkan iklim perekonomian di daerah.

Dilihat dari segi adat masyarakat Gorontalo, adat memiliki makna dan persepsi tersendiri. Adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan " Adat Bersendi Sara", "SaraBersendi Kitabullah". Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan AI-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur. Dengan ungkapan di atas Gorontalo sangat pas jika disebut dengan Serambi Medinah.

Tapi masih di sayangkan masih ada saja kehidupan masyarakat Gorontalo yang belum sesuai dengan ungkapan tersebut, atau boleh dikatakan masih ada masyarakat Gtlo yang tidak tahu atau tidak mengerti dengan Ungkapan "Adat Bersendi Sara","Sara Bersendi Kitabullah" dan di tambah Lagi dengan"GORONTALO Serambi Medinah". Mungkin inilah tugas dariPara Pemimpin yang ada di Prop Gtlo di mulai dari Gubernur,Walikota, Bupati, Camat, Kades, RT, RW bahkan paraUlama serta Seluruh Komponen Masyarakat Gtlo yang tahu makna dari ungkapan tersebut utk dapat mengimplementasikan kepada Seluruh Rakyat Gtlo mengenai Ke-2 ungkapan tersebut di atas.

Dan selama ini yang di rasakan Ungkapan tersebut umumnya hanya dikenal lebih dekat bagi para Generasi TUA (seperti pemangku adat yang tetap teguh pada ungkapan tersebut) yang ada di GTLO sedangkan Generasi MUDA saat ini ungkapan tersebut hanya merupakan Retorika danUngkapan Biasa saja. Walaupun Adapula Generasi Mudayang mengerti dan memahami serta menjalankan Ungkapan tersebut tp Jumlahnya tidak Banyak masih bs di hitung dengan jari.

Karena tidak di mengertinya Ungkapan ke-2 tersebut diatas maka Dominan sekali para Generasi Muda Gtlo yang terjerumus dengan Pergaulan Bebas (American Style' kata orang) padahal di pundak Generasi Muda GTLO lahmenjadi harapan Masyarakat Gtlo agar ke depan GTLObisa tetap berpatokan pada"Adat Bersendi Sara", "Sara Bersendi Kitabullah" dan"GORONTALO Serambi Medinah". Tapi melihat perkembangan saat ini ungkapan tersebut sangat mustahil bisa terwujud dan di khawatirkan di tahun 2020 ungkapan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan di ganti dengan Ungkapan yang lebih MODERN lagi Ala AnakMUDA...... hehehe....

Berikut ada falsafah Hidup masyarakat Hulondalo yangsaya kutip dari Kata Pemuka Adat Gtlo :“Batanga Pomaya, Nyawa Podungalo, Harata Potom Bulu”, artinya jasad ini kita persembahkan untuk mengabdi/membela tanah air, setia sampai akhir, harta digunakan untuk kemaslahatan masyarakat banyak.“Lo Iya Lo Ta Uwa, Ta Uwa Loloiya, Boodila Polucia HiLawo”, artinya pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang. Apakah masih Relevan Gorontalo di sebut Serambi Mediah?Hanya Waktu yang bisa menjawabnya.