Muhamad J Fahrani
15 Des 06
Saya tertarik dengan topik tentang Nasib Perempuan Gorontalo ini karena disamping tanggal 22 desember 2006 nanti adalah Hari IBU, kenyataannya dalam kehidupan sehari - hari baik dari lingkungan terkecil yakni keluarga maupun yang terbesar yakni negara, perempuan hampir selalu menjadi obyek penderita dari kaum laki-laki. Setiap hari seluruh media cetak dan elektronik baik lokal maupun nasional selalu mengangkat berita tentang penderitaan (dalam arti luas) yang dialami oleh kaum perempuan, seperti KDRT, Pemerkosaan, bahkan pembunuhan.
Dalam dunia politik pun perempuan masih mengalami berbagai tekanan terutama soal jatah kursi di dewan, dsb. Saya ingin menjawab beberapa pertanyaan dari moderator mengenai masalah ini, sebatas kemampuan dan pengetahuan saya, sehingga jika ada hal - hal yang kurang berkenan harap dimaklumi.
Pertama, masalah mengenai eksistensi perempuan di Gorontalo eksistensi perempuan di Gorontalo terutama dalam bidang birokrasi, pengusaha dan politik sudah cukup baik untuk ukuran propinsi baruseperti Gorontalo ini. Namun, eksistensi tersebut didapatkan terkesan begitu mudah. Di birokrasi (pejabat), ada beberapa jabatan baik propinsi maupun kota/kab diisi oleh kaum perempuan yang didapat bukan karena penilaian kemampuannya, tetapi karena golongan kepangkatan yang telah memenuhi syarat, sehingga latar belakang pendidikan dan jabatan kadang tidak sesuai, seperti Ibu WinarniMonoarfa, tanpa menyangsikan kemampuan manajerial beliau, tapi dengan latar belakang sebagai guru besar ilmu kelautan, alangkah tepatnya jika beliau memegang jabatan sbg Kadis Perikanan danKelautan karena kapasitas keilmuan dan kemampuan beliau dalam bidang ini sudah tidak dapat diragukan lagi.
Memang, harus diakui, bahwa eksistensi beliau sebagai kepala Bappeda sangat mengagumkan mengingat latar belakang pendidikannya, tapi lebih menguntungkan bagi daerah ini jika beliau menjadi kadis Perikanan & Kelautan, apalagi salah satu program unggulan propinsi yakni Perikanan, sekarang ini berjalan statis.
Di politik, banyak perempuan yang duduk di legislatif baik kota/kab sampai propinsi terkesan hanya pemberian (rata2 no urut teratas tapi jmlh suara tidak signifikan) dan latar belakang jabatan suami. IBu Rahmiyati Yahya bisa menjadi salah satu contoh dari kasus ini. Tadinya beliau adalah seorang PNS, namun karena latar belakang jabatan suaminya serta no urut atas maka walaupun jumlah suara pemilihnya kecil beliau tetap jadi anggotaDPRD Prop. Sehingga tak heran, karena latar belakang suaminya tsb, skrg ini beliau terancam direcall dari gedung BOTU, hanya gara2 pada pilkada gubernur lalu suaminya dikabarkan tidak mendukung calon dari partai yang mendudukkan rahmiyati di Botu dan kemungkinan hal ini juga akan berlaku kepada Ibu Kasma Bokings di Pohuwato.
Dengan dua contoh kasus tsb, dapat diambil kesimpulan bahwa, eksistensi kebanyakan perempuan di Gorontalo yang bergelut di Birokrasi, Politik dan Pengusaha masih terdongkrak karena kaum lakis, apalagi kalau melihat perempuans kebanyakan terutama Ibu Rumah Tangga, seringkali terjajah oleh kediktatoran suaminya.
Kedua, harapan terhadap pemerintahan Fadel - Gusnar soal Perempuan. Yang jelas, sesuai latar belakang kedua pemimpin tsb yakni Politikus dan Birokrat, harapan saya agar dalam rekruitment kaum perempuan khususnya dalam bidang politik dan birokrasi harus didasarkan kemampuan dan latar belakang keilmuannya agar nantinya dapat menunjukkan eksistensinya utk kemajuan daerah ini.
Saya juga salut dengan gebrakan rezim ini yang saya lihat di koran yakni rumusan perda tentang perlindungan terhadap perempuan secara umum, dengan harapan agar nantinya dapat dilaksanakan secara konsisten dan bertanggung jawab.
Ketiga, persoalan mendasar perempuan di Gorontalo. Masalah adat - istiadat dalam kehidupan masyarakat gorontalo pada umumnya, fungsi adat masih memegang peranan penting dalam mengatur tingkah laku dan cara hidup masyarakat meskipun untuk masyarakat perkotaan adat sudah mulai terkikis oleh modernisasi dan kapitalisme. Dlm adat Gorontalo, kedudukan perempuan masih dibawah laki2 (walau dalam sejarah Gorontalo banyak perempuans yang menjadi pemimpin) sehingga mengakibatkan perempuans terkesan pasrah dan nrimo apapun yang terjadi baik itu benar atau salah.
Keempat, latar belakang pendidikan. Untuk mengenyam pendidikan terutama formal, para orangs tua terkadang masih berprinsip seperti leluhur dulu, yakni setinggi-tingginya pendidikan yang dimiliki oleh perempuans, toh tetap kembali pada fungsi utamanya yaitu DAPUR, SUMUR, KASUR. tak jarang anak perempuan selepas SMU tidak diperbolehkan kuliah apalagi diluar daerah (meski secara finansial orang tuanya berkecukupan) disampingkarena prinsip tsb, ditambah infos ttg oknums mahasiswis yang kuliah diluar daerah TERKADANG berperilaku HIDUP BEBAS seperti FreeSex dan SamenLeven (tidak semuanya lho), seperti survei di Jogyakarta yangmengatakan 9 dari 10 mahasiswi tlh KEHILANGAN MAHKOTAnya tanpa nikah (maaf kalo ada para milisterwati yang pernah dan sementara kuliah diJogya, karena ini telah menjadi kasus nasional).
Dari 2 contoh kasus diatas, solusinya adalah pengenalan dan penyesuaian adat istiadat harus berdasarkan agama yang dianut karena dalam agama manapun kedudukan perempuans dan lakis adalah "SAMA" dilihat dari sikonnya, serta perlunya bagi anaks perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan (terutama diluar daerah ) HARUS mampu menanamkan kepercayaan pada ortunya bahwa dia mampu menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harus menunjukkan kemampuan untuk mencapai tujuannya.
Kelima, hals yang harus diperbaiki dari perilaku Isteri-isteri. Stop Karlotaisme. Stop Ba Egisisme (cara make up dan berpakaian). Stop Royalisme (terutama isteri pejabat dan anggota dewan). Stop HUGELISME (bnyk perempuans di NERAKA karena hal ini).
Semoga dengan momen HARI IBU yang tak lama lagi, para perempuansterutama di Gorontalo ini dapat memahami arti yang hakiki tentangkata PEREMPUAN (YANG DIEMPUKAN, YANG DIAGUNGKAN, YANG DIHORMATI dsb)sehingga mampu menjaga kodratnya sebagai perempuan dan mampumenunjukkan jati dirinya agar tidak gampang dilecehkan oleh paraBUAYA DARAT. Untuk perempuans yang telah berkeluarga, JAGALAHKEHORMATAN DIRI, SUAMI DAN KELUARGA seperti dalam Hadits Nabi SAW,yg artinya DUNIA ADALAH PERHIASAN, DAN PERHIASAN YANG TERBAIK ADALAHISTERI YANG SHALIHAH. Dan bagi yang "MASIH GADIS", pandaislahmembawa diri agar tidak terjerumus ke lembah nista.Akhirnya, kepada seluruh milisterwati (te Nino tdk termasuk) mohonmaaf kalo ada yang menyinggung andas dan semoga hari IBU bukan hanyadilaksanakan setiap tgl 22 Desember tapi HARUS dilaksanakan setiaphari. TEGAKNYA AGAMA, NEGARA DAN KELUARGA ADALAH DITANGAN PEREMPUAN,RUNTUHNYA PUN KARENA PEREMPUAN. Salam damai untuk kalian semua.
Showing posts with label Muhamad J Fahrani. Show all posts
Showing posts with label Muhamad J Fahrani. Show all posts
Saturday, August 11, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)