Tuesday, July 24, 2007

Bubarkan LSM Gadungan (2)

Rahman Dako
8 Mei 2006


Saya lebih senang memakai istilah Ornop (NGO) daripada LSM. Sebagai pekerja NGO, saya sependapat dengan Ibu Dewi bahwa memang tidak semua NGO sama. Karena saya banyak bergelut di NGO lingkungan, pendapat saya mengenai NGO banyak dipengaruhi oleh literature mengenai hal tersebut.

NGO mulai dikenal luas sejak tahun 1960-an, sebagai kelompok yang mencari alternatif lain dari konsep pembangunan kala itu yang lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah dan sebagai aktor alternatif implementor pembangunan. Sebagai kelompok yang 'non government' tentunya gerakan NGO tidak lepas dari aktivitas politik. Dalam banyak literature, NGO dikategorikan sebagai bagian dari Gerakan Sosial Baru (New Social Movement) berbarengan dengan gerakan2 lainnya misalnya feminism, lingkungan, dll. Dikatakan baru karena gerakan sosial ini berbeda dengan gerakan-gerakan sosial sebelumnya. Gerakan baru ini lebih banyak dipelopori oleh kelas menengah dan tidak dibatasi oleh lingkup negara (stateless).

Tentu saja NGO tidak sama karena ada yang berbasis gereja atau organisasi Islam, ada yang punya link ke partai politik, ada yang sekuler, ada yang lebih akademik, ada yang terinspirasi oleh Vatican II, Marxism, Freirian, dll. Namanya juga organisasi yang dibentuk oleh hanya beberapa orang saja. Tetapi ada banyak sekarang NGO yang telah punya cabang di hampir seluruh dunia misalnya untuk NGO lingkungan ada WWF, The Nature Conservancy, Conservation International, Green Peace.

Literature yang ditulis oleh Princen dan Finger (1997) NGO lingkungan dibedakan dalam beberapa hal:

1. Orientasi ideology: Ada yang lebih kompromi, ada juga yang radikal, ada yang realist, ada yang fundamental, ada yang terinspirasi oleh feminism, ekologi dalam, spiritual ekologi, sosial ekologi dan bioregionalism.yang berorientasi.

2. Perbedaan budaya: biasanya dibedakan atas NGO utara (western/negara maju) dan NGO selatan (negara berkembang). NGO di selatan lebih berakar pada masalah politik dan HAM. Di Latin Amerika dan Philipina, NGO banyak dipengaruhi oleh gerakan gereja Katolik. NGO di utara lebih banyak bergelut dengan proses institusionalisasi dan birokrasi serta menyerupai organisasi bisnis. NGO lingkungan di Eropa memulai gerakan sosialnya dengan anti nuklir di tahun 1970-an. NGO di Utara kebanyakan "hidup" dari isu-isu NGO di selatan. Ada juga negara yang tidak boleh ada NGO, misalnya Vietnam (hanya ada NGO internasional). Teman saya dari China juga bilang mereka tidak kenal NGO.

3. NGO juga dibedakan dari legal status dan pengakuan negaranya masing-masing. Di Utara, setiap individu berhak untuk mengorganisir diri, melakukan loby dan protes. Di kita masih ada juga aktivis NGO yang ditangkap atau dituduh melakukan pencemaran nama baik, walaupun telah dijamin oleh UUD 45 pasal 28.

Sejak keruntuhan Soeharto, ada banyak NGO yang bermunculan beriringan dengan banyaknya proyek-proyek Bank Dunia, IMF, ADB, Japan Bank yang "membantu" mengatasi krisis ekonomi. Kalo mau dihitung2 yang lahir dijaman sebelum Soeharto, 10 jari so talebe untuk menghitung jumlah NGO di provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo waktu itu. Makanya wajar kalau sekarang muncul istilah-istilah LSM Gadungan, LSM Broker, LSM KUT, LSM Plat Merah, LSM-LSM-an. Ada juga istilah LSM Supermarket, maksudnya LSM yang melayani semua masalah, mulai dari petani/nelayan, lingkungan, gender, anak-anak, partai politik, KUT, pokoknya TOSERBA.

Dari segi pembiayaan, umumnya NGO dibiayai oleh dana-dana luar negeri. Ini berhubungan dengan prinsip NGO yang stateless tadi. Biasanya NGO luar negeri atau funding agency di Utara mencari biaya untuk gerakan NGO di selatan atau NDO utara mencari lokasi implementasinya di selatan. Kondisi di Indonesia saat ini, ada banyak LSM yang dibiayai oleh ormas Islam/Kristen, partai politik, politisi, mantan pejabat, kampus/dosen, bahkan banyak perusahaan-perusahaan besar jg banyak membuat dan membiayai gerakan LSM.

Benar kegelisahan Kang Asep dan Pak Kilis bahwa memang NGO terutama di Indonesia telah banyak mengalami polarisasi, tetapi masih ada juga beberapa NGO yang masih bisa dipercaya seperti ti Ibu Dewi bilang.

No comments: