Tuesday, July 24, 2007

Sekejap Essai untuk Pram

Funco Tanipu
30 Apr 2006

Banyak orang tidak merokok, karena takut mati muda. Tetapi tidak bagi Pramoedya Ananta Toer, seorang begawan sastra Indonesia yang dinominasikan dapat meraih Nobel Kesusastraan. Berbagai nukilannya yang telah menghujam ke nurani saya membuat oase di dalam mata ini menjadi sunyi dan kering sehingga harus diisi oleh air mata.

Hanya tetesan air mata yang dapat mengiringi kepergiannya. Ya, tangis dan menghujamkan kembali semangat menelaah sastra adalah bagian kecil untuk mengenang Pram. Karya-karya besar Pram, selain tetralogi Pulau Buru, adalah Gadis Pantai, yang berkisah tentang kehidupan neneknya sendiri, Cerita dari Blora (kumpulan ceritapendek), Larasati, Arus Balik, dan sejumlah karya dokumenter.

Kekuatan karya-karya fiksi Pram adalah pada kemampuannya meramu fakta sejarah melalui penggalian dan penyusunan dokumentasi yang dikerjakannya sendiri, sehingga membaca karya-karya Pram seperti membaca catatan sejarah. Buku terakhir Pram yang baru diterbitkan, pada Oktober 2005, adalah Jalan Raya Pos Jalan Daendles, yang berkisah tentang Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles dan pembangunan Jalan Raya Pos.

Dari pihak keluarga belum diperoleh informasi di mana pria yang lahir di Blora pada 6 Februari 1925 dari pasangan Toer dan Saidah itu akan dimakamkan. Sastrawan yang secara internasional sering dijuluki Albert Camus Indonesia itu termasuk dalam 100 pengarang dunia yang karyanya harus dibaca sejajar dengan John Steinbejk, Graham Greene dan Bertolt Berecht.

Profil Pram juga pernah ditulis di New Yorker, The New York Time dan banyak publikasi dunia lainnya. Karya-karyanya juga sudah diterjemahkan dalam lebih dari 36 bahasa asing termasuk bahasa Yunani, Tagalok dan Mahalayam. Dalam penampilan terakhirnya, Pram menjadi model Playboy dengan tuksedo yang dihiasi dasi berlogo Playboy. Selamat jalan Begawanku!

No comments: