Wednesday, July 25, 2007

Surat untuk Politisi dan Pemerhati Politik

Agung Mozin
7 Agt 2006



Bayangkan kalau saja gerakan reformasi yang paling bersejarah itu tidak pernah terjadi, maka dipastikan tidak ada perubahan politk, ekonomi, sosial seperti yang kita rasakan saat ini., wabil khusus lagi tidak pernah ada perjuangan pembentukan provinsi gorontalo apalagi terbentuknya provinsi gorontalo, pokoknya tidak ada ada perubahan signifikan dengan gorontalo, yaitu tidak ada gubernur gorontalo, karena kita masih jadi anak susuhan manado atau sulut dan masih tetap dengan sebuah kabupaten dan sebuah kota. dengan anggaran belanja yang tidak lebiah dari 200 milyard setahunnya.(sangat tertinggal)

Dengan reformasi semuanya telah berubah, Gorontalo menjadi sebuah provinsi baru dan Fadel Muhamad adalah sang gubenurnya yang dalam tulisan ini saya sebut sang maestro dengan sebuah kota dan empat kabupaten serta anggaran belanja tahunan hampir 2 triliun rupiah. Tentunya perubahan ini membawa implikasi yang serius dalam perilaku dan pranata sosial masyarakat gorontalo wabil khusus dapat kita temukan diwilayah-wilayah perkotaan gorontalo.
Momentum perubahan gorontalo harus dikenali sebagai given dari proses politik yang disebut reformasi, bukan sebagai usaha dari orang perorang atau kelompok tertentu saja, kenapa hal ini perlu disampaikan karena telah terjadi upaya pengkaburan fakta demi sebuah mengangkat citra poltik kelompok atau orang perorang yang mengklaim sebagai penyelamat gorontalo

Bukankah arus kuat dana pusat kedaerah karena sebuah proses politk yang menghendaki desentralisasi kewenangan pengelolaaan keuangan Negara yang jumlahnya ditentukan dengan variable-variable yang ditentukan pemerintah pusat?

Perubahan sebuah kota dan kabupaten yang tertinggal menjadi provinsi ini kemudian dimanfaatkan untuk membangun citra yang katanya karena lobby seseorang atau bahkan pengkulutusan sang maestro dan menegasi pikiran atau pendapat yang menyampaikan sebuah fakta dan kebenaran. Dan upaya pengkultusan menjadi sah dan legal karena dibenarkan oleh lembaga- lembaga resmi yang dikuasai sang maesto yaitu, Birokrasi, Partai-partai politk, dan sebagian kecil teman-teman media yang sedikit fragmatis.

Dominasi ini menjadi subur ditengah masyarakat kita yang masih sangat patenalistik, yaitu dengan memberikan dukungan kepada sang maestro maka rasa takut bawahan digantikan oleh sedikit harapan-harapan yang diberikan baik berupa keaman karir, perlindungan politik dan distribusi ekonomi berupa paket proyek yang dikuasai oleh sang maestro.

Semua ini terjadi bukan karena semata-mata kesalahan sang maestro dan pendukung-pendukungnya tapi karena kelalaian masyarakat, partai-partai politik bahkan LSM yang begitu gembira dengan lahirnya provinsi baru sehingga prinsip-prisinp membangun sebuah pemerintahan yang relative bersih, berimbang diabaikan,sehingga ketidak adilan mulai dirasakan, pengkotak-kotakan dalam kelompok masyarakat terjadi antara pendukung dan bukan pendukung sang maestro dan kalau kita membaca buku pintar tentang spiral kekerasan yang ditulis oleh Mr. Mc. Namara yang menjelaskan secara detail bahwa kekerasan muncul disebabkan oleh ketidak adilan. Tentunya buku ini menjadi penting sebagai acuan kita untuk menghindari kekerasan poltik yang dibangun oleh sang maestro.

Kesalahan atau kekerasan politk ini hanya bisa diatasi oleh kita semua dengan memberikan keseimbangan politk pada saat pemilihan gubernur (pilgub) dan pemilihan umum (pemilu) nanti, yakni dengan memenangkan pasanagn pilgub yang mencermainkan konfigurasi politik yang seimbang antara gubernur dan wakil gubernur yakni keterwakilan partai politik golkar dan non golkar menjadi faktor dominan atau penetu terjadinya keseimbangan yang ingin kita bangun bersama, jadi bukan figure sesorang menjadi ukuran keseimbangan politik, misalnya, sang maetro dan para pendukung yang tetap menggandeng wagub dari partainya maka dipastikan akan terulang kembali ketidak adilan yang dirasakan oleh partai-partai poltik yang nota bene mewakili konstituennya. Atau dengan skenario lain sang maestro menggandengan wagub salah seorang birokrat yang cerdas dan loyal pada sang maetro maka sang wagub tidak lebih dari sebuah mesin atau alat (instrument) dari sang maestro dan partai politik dominan yaitu golkar di lembaga legislatif karena sang wagub mantan birokrat tidak mempunyai basis politik pendukung apalagi ikatan emosional dengan partai politik yang nota bene mewakili masa pendukung.

Jika sang maestro menolak bahwa argumen saya tidak logis dan tidak realitis dengan alasan kompotensi maka saya ingin mengajaknya bahwa gubenur dan wagub adalah jabatan politik, itu artinya konfigurasi keterwakilan kekuatan politk dimasyarakat adalah menjadi ukurannya bukanlah kompotensi. Artinya Serahkan pekerjaan tehknis kepada pejabat yang kompoten sesuai dengan peruntukannya. Dapat saya contohkan Maaf dan sekali lagi maaf bukankah “Gus Dur dan Mba Mega” menjadi presiden dan wakil presiden karena alasan kesimbangan politik dan bukan berdasarkan pada kompetensi?.

Makanya kepada seluruh partai-partai politik yang telah melakukan kerja politik yang cerdas dan cantik beberapa hari yang lalu adalah harus dipahami sebagai upaya secara sadar memberikan kontribusi politik untuk membangun keseimbangan politik di gorontalo, jika ini terjadi maka akan tercapai keseimbangan politik baru ala gorontalo.

Persoalan yang dihadapi oleh partai-partai politik gorontalo saat ini adalah meraka membutuhkn figure pemersatu sebagai “Icon Perubahan” yang diusung bersama dan terterima di semua partai poltik serta mampu memberikan pesona dan citra yang kuat untuk mengimbangi sang maestro, yang saat ini diharapkan kesediaan dan komitmennya yang kuat dari seorang tokoh muda yang mempunyai ikatan emosional dan kultural dengan semua lapisan masyarakat karena ketokohannya dan kepeduliaan yag ditunjukan selama ini yaitu Rahmat Gobel.

Alhamdulilah tanggal 4 agustus yang lalu telah dibentuk sebuah tim koalisi lintas partai non golkar yang di sebut oleh saudara Iwan Bokings dengan nama Tim Rekonsiliasi gorontalo atau di singkat Tim RG yang kemudian diusulkan oleh saudari murni dari partai Persatuan pembangunan kata “ Forum “ didepannya menjadi” Forum Rekonsiliasi Gorontalo” yang kemudian saya usulkan disingkat menjadi “For RG” menjadi sangat pas diartikan sebagai “Forum atau Untuk RG”.Yang kemudian secara spontan diplesetkan oleh banyak pendukung agenda keseimbangan politik gorontalo menjadi “For Rahmat- Gusnar” (for RG).. He.he.he.he

Ada yang mengatakan bahwa biarkan rakyat memilih pada figure yang dikenalnya. tapi dalam banyak buku yang saya temukan diantaranya teori elit oleh Mosca dan Pareto bahwa poltik itu adalah permaianan peranan para elit dalam semua tingkatan. Artinya menjadi sangat signifikan hubungan emosional seorang rahmat gobel dengan semua tokoh formal dan informal. Yang kita sebut para elit politik gorontalo.

Sang Khaliq menantikan keinginan anda untuk merubah, jika tidak mau berubah , jangan pernah anda menyalahkan Dia…. Demikianlah nasehat ibu saya sebagai orang biasa….

No comments: