Monday, July 23, 2007

Siapa Gubernur Gorontalo?

Rahman Dako
25 Feb 2006


Dari bacaan-bacaan saya selama ini, ada kurang lebih 3 faktor utama penentu pertarungan menjadi Gubernur/Wakil Gubernur nanti. Tetapi saya menganalisanya dan memberi contoh dari bekal pengetahuan saya tentang Gorontalo dan berita-berita yang dikirim oleh Mang Asep selama ini.

Faktor-faktor tersebut adalah Proses-proses Pencitraan Diri, Peluang Politik, dan Mobilisasi Sumberdaya. Ketiga faktor ini saling terkait satu sama lain dan saling membutuhkan. Faktor ini dipakai oleh Doug McAdam dan David Snow (1999) dalam menganalisa keberhasilan gerakan perlawanan bangsa kulit hitam di Amerika melawan rasisme.

Proses pencitraan diri yang saya maksud adalah bagaimana seorang/pasangan calon memposisikan diri mereka ditengah-tengah masyarakat. Proses ini meliputi proses pembetukan pencitraan, memfokuskan diri, dan pengorganisasian. Proses ini sangat penting, karena hasil dari proses inilah yang terbayang diingatan para pemilih setelah masuk dibilik suara untuk memilih siapa yang paling dia yakini untuk dipilih.

Dari sekarang, seharusnya sang calon sudah melakukan hal ini mengingat semakin dekatnya hari pemilihan. Dia sudah harus mencitrakan diri di tengah-tengah masyarakat sebagai orang yang layak untuk menjadi pemimpin. Peran media massa, tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai perantara penting sekali dalam proses ini. Kasus Hotel Quality dan hujatan-hujatan terhadap Fadel adalah salah satu bentuk dari proses pencitraan yang dimaksud oleh McAdam dan Snow.

Walaupun masih perlu dipertanyakan, telah tercipta organ-organ yang mendukung Fadel seperti Om Pulu Sidiki, Nurdin Monoarfa, organ-organ dari partai Golkar dan organisasi pendukungnya, dan bahkan mungkin juga Adhan Dambea. Ini juga secara otomatis akan diikuti oleh orang-orang mereka di lapisan bawah.

Demikian juga pernyataan-pernyataan Fadel tentang ke-Gorontalo-annya (cultural identity) ditambah dengan kampanye "keberhasilan" program agropolitan dan pembangunan di Gorontalo. Pembangunan jalan by pass juga termasuk upaya Fadel mencitrakan dirinya di tengah-tengah masyarakat Gorontalo, sebagai orang yang mampu meloby uang dari pusat untuk 'pembangunan'.

Peluang politik adalah kesempatan dimana ada peristiwa politik yang menguntungkan sang calon untuk mencapai tujuan utamanya. Yang dimaksud dengan peluang politik adalah perubahan dalam struktur institusi atau relasi kekuasaan informal dari sebuah sistem politik. Contohnya adalah sistem pemilihan langsung Gubernur yang merupakan hal yang pertama kali di Gorontalo.

Peluang politik bisa juga diciptakan oleh sang calon dengan mengintervensi kebijakan-kebijakan para penyelenggara/ pengambil kebijakan pelaksanaan pemilihan, misalnya dengan menciptakan kriteria-kriteria untuk mengganjal calon yang lain. Contoh yang lain dari peluang politik adalah kemenangan SBY dalam memainkan issue-issue agama dan moral dalam situasi politik bangsa yang korup, ekonomi yang melemah serta gerakan global yang anti Amerika.

Faktor ketiga adalah mobilisasi sumberdaya. Sumberdaya yang dimaksud bisa berupa doi, oto, cek, beras/super mie, tim sukses (pengorganisasian dan lobby), dan juga 'serangan fajar', serta sumberdaya lainnya. Walaupun ada sumberdaya, tapi kalo tidak dimobilisasi, tidak mungkin bisa mencapai hasil yang diinginkan. Mungkin ini yang dimaksud El-Nino sebagai "kegagalan" Ibu Amanda dalam pemilihan anggota DPD kemarin.

Seperti saya kemukakan di atas, faktor pemobilisasian menjadi sempurna bila diintegrasikan dengan dua faktor diatas, proses pencitraan dan peluang politik. Maksudnya sumberdaya dimobilisasi untuk kebutuhan memperkuat proses pencitraan dan pada saat yang sama, ada kesempatan/peluang politik yang menjanjikan. Artinya, sumberdaya dikerahkan pada momen-momen yang tepat sehingga terbentuklah opini bahwa sang calon memang betul-betul pas menjadi pemimpin. Dari hasil ketiga proses inilah yang menurut saya bisa menjawab pertanyaan tentang siapa Gubernur Gorontalo nanti.

No comments: