Wednesday, July 25, 2007

Jaringan Orang Biasa

Agung Mozin
25 Jul 2006



Jaringan ini terinspirasi dari pikiran dan harapan sebagai orang biasa. Yaitu dalam menuliskannya adalah seadanya, spontan tanpa berpikir panjang, tanpa riset dan data. Jadi aktualitas dan spontanitas, rasanya menjadi lebih terjangkau daripada kedalaman, maupun substansi data dan kebenaran ilmiah.

Kepala orang-orang biasa tidak butuh hasil penelitian. Dan sebagian pikiran yang saya tampilkan adalah hasil mendengarkan orang lain. Maka dengan rendah hati saya mohon diberikan banyak masukan agar kita menyatu dalam frekuensi yang sama sebagai orang-orang biasa.

“Orang biasa tidak punya kepentingan macam-macam, yang penting bagaimana hidup tenang dan menjalankan tugasnya dengan baik. Dia ingin kaya, tapi tidak ingin korupsi, ingin bekerja baik, tapi bukan juga pahlawan yang mau mengorbankan kepentingan keluarganya untuk suatu pekerjaan yang tidak jelas. Dan orang biasa tak punya kepentingan mengganggu stabilitas, karena tidak ada untungnya buat dia.”

Alhamdulillah, keinginan kami direspon positif oleh banyak teman. Maka untuk mengawalinya saya ingin memberikan kronologi lahirnya Jaringan Orang-orang Biasa.

Gagasan membentuk atau mendirikan jaringan orang-orang biasa terinspirasikan dari sebuah bacaan ringan yang menulis tentang orang-orang biasa. Memang sederhana, tapi sangat bermakna dan dalam untuk ditulis, diingat dan dilembagakan. Maka mulailah didiskusikan dengan banyak sahabat yang merasa terusik dengan sebuah visi yang mempunyai nilai Ilahiah atau Transendental di balik kata atau sebutan orang-orang biasa, sehingga dengan dorongan teman-teman sejawat, maka kami melembagakan perkumpulan ini dengan nama Jaringan Orang-orang Biasa disingkat Jarobi.

Kata mereka, gagasan ini akan menjadi sebuah titik awal dalam membangkitkan semangat dan rasa percaya diri bagi orang yang terpinggirkan atau titik balik bagi sebagian orang, di antara kita yang mulai berubah dan bergerak menjadi orang "luar biasa" akibat dari proses pembangunan di Gorontalo pascapembentukan provinsi atau otonomi daerah.

Anda mungkin pimpinan partai, artis, selebriti, aktivis, professional, mungkin kontraktor, supplyer, pengusaha besar atau pimpinan daerah. Tapi menurut pengertian kami, Anda termasuk orang biasa. Kalau Anda tidak bermental penguasa, bukan pula provokator. Mungkin saja Anda punya kuasa atau kekuasaan, tapi tidak memaksa atau menindas. Mungkin juga Anda pejuang, tapi tidak eksklusif. Ciri orang biasa bukan harta atau jabatan, tapi sikap: Non hipokrit, Non pretensius.

Orang biasa dalam arti umum yaitu, “tidak punya kelebihan,” sedangkan “orang biasa dalam pengertian kita, yaitu orang yang tidak dikaburkan kepolosannya oleh atribut kepentingan.“

Sebagai pemrakarsa Jarobi, saya mengajak, “mari kita memperkuat keyakinan bahwa orang biasa sesungguhnya punya kemampuan merubah segalanya.“ Amat positif, tak perlu merasa tersisih oleh suara yang lebih bising atau keras, warna-warni yang menyilaukan, kekuatan bisa dicapai melalui harmoni dalam ke-“biasa-biasa“-an kita, secara kolektif membangun fundamental sebagai masyarakat yang tegar.

Tegar karena mata hati kita terbuka, tegar karena saling menghargai, tegar karena mengerti persoalan. Ketegaran semacam ini tak melelahkan, tak rentan seperti kekuasaan, tidak menciptakan stress.

Lahirnya jaringan ini mungkin akan mendapat respon macam-macam. Respon negative akan kami pergunakan sebagai koreksi diri, tapi yang paling positif adalah kebanggaan kawan-kawan yang menyatakan: “Saya orang biasa.” Jika Anda mau membaca “butir-butir ideologi orang biasa” ataupun visinya, saya yakin Anda ingin menjadi bagian dari jaringan orang-orang biasa ini.

Tidak lama lagi kami akan mengumumkan perkumpulan kami dan pasti kami akan mengundang Anda untuk bergabung dengan orang-orang biasa lainnya, syarat keanggotaannya Anda yang Kepala Dinas, Kepala Biro, Pimpro atau pimpinan daerah harus orang biasa atau bersedia menjadi orang biasa selama-lamanya.


Wassalam


Agung Mozin
Koordinator Pusat/
Pemrakarsa Jaringan Orang Biasa

No comments: