Monday, July 23, 2007

Eksistensi Risno Ahaya

Rahman Dako
17 Jan 2006


Syamsu dan teman-teman,

Risno Ahaya sangat "top" waktu ana SMP. Mungkin ente waktu itu masih SD atau mungkin masih TK, jadi lagunya mungkin masih Balonku Ada Lima, jadi ndak kanal pa te Risno dan Marlina Otoluwa, he....he.....

Banyak pegambus-pegambus kita yang meroket waktu itu karena pada saat bersamaan RRI menyelenggarakan kompetisi dana-dana selama 2 atau 3 tahun berturut-turut. Pegambus-pegambus dari mana-mana turun ikut kejuaraan. Itu juga didukung oleh Pemerintah yang memberi hadiah menjanjikan dan sampai membawa juaranya ke dapur rekaman. Kasetnya beredar dimana-mana. Merakyat.

Sekarang, memang Risno tetap eksis walaupun dia tinggal bakuti gambusi dari pasar ke pasar. Saya sering bakudapa dengan dia di pasar Talaga, juga pernah di Pasar Minggu di Duano.
Saya merindukan hal-hal seperti itu. Kita tidak pernah akan menjadi suku lain, mereplika bangsa lain, selain tetap menjadi diri kita sendiri. That's our identity, ya kan Dewi??? Walaupun ada budaya lain yang masuk, tetap kita punya ciri khas yang tidak mungkin sama dengan Barat atau budaya lain.

Saya iri dengan sendratari Randai dari Padang yang setiap 4 tahun rutin tampil memukau di Hawaii. Saya menonton pertunjukan mereka beberapa bulan lalu. Setiap penampilan mereka pasti dibanjiri penonton. Begitu pula penampilan cerita I La Galigo di Singapura dan New York beberapa waktu lalu. Musik tradisional Kakula dari suku Kaili Sulawesi Tengah baru-baru ini mengemparkan Honolulu dari beberapa seri rangkaian penampilan mereka. Meskipun pemrakarsanya kebanyakan orang Bule, tetapi tetap harus dimulai oleh orang kita sendiri. Musik dan kesenian alternatif menjadi sangat digemari belakangan ini karena kemuakan terhadap musik mainstream.

Nah, saya pikir hal-hal seperti ini untuk konteks Gorontalo BISA diciptakan dan dimulai lagi. Bagaimana Gorontalo Post, PROSES, Koran Gorontalo, dan teman-teman lain ? Siapa yang mau jadi sponsor?

No comments: